GLORIA

GEOMAR Library Ocean Research Information Access

Your email was sent successfully. Check your inbox.

An error occurred while sending the email. Please try again.

Proceed reservation?

Export
  • 1
    In: Jurnal Berkala Epidemiologi, Universitas Airlangga, Vol. 10, No. 1 ( 2022-01-30), p. 48-
    Abstract: Background: Coronavirus 2019 (COVID-19) is a global pandemic with various clinical manifestations and is affected by multifactor. Epidemiological data of COVID-19 in Indonesia, especially in Surabaya have not been well established yet. Purpose: This study aims to provide the COVID-19 patients profile in Surabaya City, Indonesia. Method: The study data were retrospectively collected from electrical medical records in Primasatya Husada Citra (PHC) Hospital of Surabaya, one of the referral hospitals for COVID-19 in Surabaya. Descriptive and Spearman correlation statistics were done for data analysis. Results: Between 1 July – 31 August 2020, 456 subjects were diagnosed positive for COVID-19 by real-time polymerase chain reaction and enrolled in the study. Study subjects were dominated by the group age of 21-30 (26.75%), male (60.30%), living in East Surabaya (16.22%), and mild to moderate disease severity (47.59%) according to the patient’s clinical manifestation, respiration rate, and peripheral oxygen saturation. Subjects with symptoms were majorly having cough (37.93%), fever (29.38%), malaise (28.07%), and dyspnoea (25.00%). Positive correlation was found between disease severity and group of age (r=0.35; p=0.01), gender (r = 0.13; p=0.01), comorbidities (diabetes mellitus, hypertension, and cardiovascular disease), and X-ray findings (r=0.14; p=0.02). A negative correlation was found between disease severity and the region of domicile (r=-0.15; p=0.01). Conclusion: This epidemiological data of COVID-19 patients in Surabaya city, Indonesia, may help in diagnosing COVID-19 patients and improving health management strategies during a pandemic. Patients need to be aware of COVID-19 and understand disease transmission, especially with symptoms and risk factors.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2541-092X , 2301-7171
    Language: Unknown
    Publisher: Universitas Airlangga
    Publication Date: 2022
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 2
    In: JBN (Jurnal Bedah Nasional), Universitas Udayana, Vol. 7, No. 2 ( 2023-07-31), p. 38-
    Abstract: Tujuan: Untuk mendeskripsikan hasil EGD pada pasien dispepsia di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif kuantitatif cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari rekam medis. Populasi sampel penelitian ini adalah semua pasien dispepsia yang menjalani prosedur EGD di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tahun 2020-2021 dengan metode total sampling yang menghasilkan 215 sampel. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 21 for Windows. Hasil: Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada jenis kelamin. Persentase pada laki-laki (49,8%) dan perempuan (51,2%). Dispepsia ditemukan paling banyak pada kelompok usia 41-60 tahun (50%). Diagnosis terbanyak pada hasil pemeriksaan EGD merupakan gastritis (40,9%) diikuti tumor pada saluran cerna atas (20%) dengan hasil PA keganasan pada perempuan lebih banyak di banding laki-laki. Total 89,3% pasien dalam penelitian ini merupakan pasien dengan sindroma dispepsia organik. Simpulan: Sindroma dispepsia dapat terjadi merata pada pasien laki-laki maupun perempuan dan sering pada usia orang dewasa, berkaitan erat dengan gangguan organik dan hasil gambaran EGD didominasi oleh hasil gastritis dan keganasan pada saluran cerna atas.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2548-981X , 2548-5962
    URL: Issue
    Language: Unknown
    Publisher: Universitas Udayana
    Publication Date: 2023
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 3
    Online Resource
    Online Resource
    Universitas Ciputra Surabaya ; 2021
    In:  Prominentia Medical Journal Vol. 2, No. 2 ( 2021-11-28), p. 17-26
    In: Prominentia Medical Journal, Universitas Ciputra Surabaya, Vol. 2, No. 2 ( 2021-11-28), p. 17-26
    Abstract: Stem cell telah menarik minat yang cukup besar dalam beberapa dekade terakhir mengingat merupakan suatu metode terapeutik baru. Glaukoma adalah salah satu penyebab utama kehilangan penglihatan dan kebutaan total di dunia saat ini terutama di negara-negara Afrika dan Barat yang mempengaruhi lebih dari 60 juta orang. Peningkatan Tekanan intraokular (TIO) merupakan faktor risiko utama untuk kematian retinal ganglion cell (RGC), yang fungsinya menyampaikan informasi visual ke otak dari mata melalui saraf optik. Pengurangan TIO saat ini dicapai melalui berbagai cara, termasuk terapi obat dan intervensi bedah. Namun, tidak ada terapi yang bisa mengembalikan penglihatan pasien menjadi lebih baik oleh karena sudah terjadi kematian RGC yang luas dan tidak dapat ber-regenerasi. Oleh karena itu, stem cell dapat menjadi pilihan satu-satunya untuk mengembalikan penglihatan. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa pluripotent stem cell (PSC), retinal progenitor cells (RPC) dan sel Muller dapat digunakan untuk meregenerasi RGC. Akan tetapi, ampai saat ini hanya beberapa terapi stem cell yang telah disetujui untuk digunakan dalam praktik klinis penyakit mata, diantaranya inherited retinal dystrophies dan age-related macular degeneration (AMD). Penelitian lain yang dilakukan oleh vilela et al. pada tahun 2015 pada 2 pasien dengan POAG stadium lanjut menggunakan pemberian stem cell yang berasal dari bone marrow pasien tersebut (autolog) secara intravitreal, setelah dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan elektroretinografi tidak ada respon setelah terapi dan salah satu pasien mengalami ablasio retina disertai proliferative vitreoretinopati setelah 15 hari post injeksi. Stem Cell merupakan terapi yang sangat menjanjikan bagi pasien dengan glaukoma terutama dengan stadium lanjut oleh karena kerusakan saraf optik yang dialami pasien glaukoma yang tidak dapat diperbaiki dengan terapi yang telah dilakukan sampai sekarang yaitu obat penurun tekanan intraokular maupun dengan operasi. Namun, harus diperhatikan bagaimana Teknik dan pemilihan jenis yang paling baik untuk mencapai outcome terbaik dan dengan efek samping yang paling sedikit.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2746-5357 , 2746-7856
    Language: Unknown
    Publisher: Universitas Ciputra Surabaya
    Publication Date: 2021
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 4
    Online Resource
    Online Resource
    Universitas Ciputra Surabaya ; 2023
    In:  Prominentia Medical Journal Vol. 4, No. 2 ( 2023-08-25), p. 17-26
    In: Prominentia Medical Journal, Universitas Ciputra Surabaya, Vol. 4, No. 2 ( 2023-08-25), p. 17-26
    Abstract: Stem cell telah menarik minat yang cukup besar dalam beberapa dekade terakhir mengingat merupakan suatu metode terapeutik baru. Glaukoma adalah salah satu penyebab utama kehilangan penglihatan dan kebutaan total di dunia saat ini terutama di negara-negara Afrika dan Barat yang mempengaruhi lebih dari 60 juta orang. Peningkatan Tekanan intraokular (TIO) merupakan faktor risiko utama untuk kematian retinal ganglion cell (RGC), yang fungsinya menyampaikan informasi visual ke otak dari mata melalui saraf optik. Pengurangan TIO saat ini dicapai melalui berbagai cara, termasuk terapi obat dan intervensi bedah. Namun, tidak ada terapi yang bisa mengembalikan penglihatan pasien menjadi lebih baik oleh karena sudah terjadi kematian RGC yang luas dan tidak dapat ber-regenerasi. Oleh karena itu, stem cell dapat menjadi pilihan satu-satunya untuk mengembalikan penglihatan. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa pluripotent stem cell (PSC), retinal progenitor cells (RPC) dan sel Muller dapat digunakan untuk meregenerasi RGC. Akan tetapi, ampai saat ini hanya beberapa terapi stem cell yang telah disetujui untuk digunakan dalam praktik klinis penyakit mata, diantaranya inherited retinal dystrophies dan age-related macular degeneration (AMD). Penelitian lain yang dilakukan oleh vilela et al. pada tahun 2015 pada 2 pasien dengan POAG stadium lanjut menggunakan pemberian stem cell yang berasal dari bone marrow pasien tersebut (autolog) secara intravitreal, setelah dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan elektroretinografi tidak ada respon setelah terapi dan salah satu pasien mengalami ablasio retina disertai proliferative vitreoretinopati setelah 15 hari post injeksi. Stem Cell merupakan terapi yang sangat menjanjikan bagi pasien dengan glaukoma terutama dengan stadium lanjut oleh karena kerusakan saraf optik yang dialami pasien glaukoma yang tidak dapat diperbaiki dengan terapi yang telah dilakukan sampai sekarang yaitu obat penurun tekanan intraokular maupun dengan operasi. Namun, harus diperhatikan bagaimana Teknik dan pemilihan jenis yang paling baik untuk mencapai outcome terbaik dan dengan efek samping yang paling sedikit.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2746-5357 , 2746-7856
    Language: Unknown
    Publisher: Universitas Ciputra Surabaya
    Publication Date: 2023
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
Close ⊗
This website uses cookies and the analysis tool Matomo. More information can be found here...