GLORIA

GEOMAR Library Ocean Research Information Access

Your email was sent successfully. Check your inbox.

An error occurred while sending the email. Please try again.

Proceed reservation?

Export
  • 1
    In: E-Journal Menara Perkebunan, Riset Perkebunan Nusantara, Vol. 79, No. 1 ( 2016-03-08)
    Abstract: AbstractInformation on genetic diversity of Ganoderma spp.causing root rot disease in crops is important to developa proper strategy for the control of Ganoderma disease. Theobjectives of this research were to study the genetic diversityof Ganoderma spp. associated with cacao and its shade trees(Albazia faltacaria, Swietenia mahogani, Adenatheramicrosperma and Leucaena leucocephala) by randomamplified polymorphic DNA (RAPD) analysis. Fourty fivesamples of Ganoderma spp. were used in this research. Theresults showed that DNA amplification using 10 arbitraryoligonucleotide primers produced 220 DNA fragmentsshowing polymorphisms. The cluster analysis showed that 45number of Ganoderma samples had a high variability with thecoefficient value ranged from 0.71 to 0.91. Further analysisusing Winboot software showed that three groups ofGanoderma spp. had a high degree of confidence ( 〉 50 %),which were Ganoderma samples from sengon (Paraserianthessp.) of Tasikmalaya, sengon (Paraserianthes sp.) ofPalembang, and mahogany of Jember; whereas the othergroups of samples had a low degree of confidence ( 〈 50%).AbstrakInformasi tentang keragaman genetik Ganoderma spp.sebagai penyebab penyakit busuk akar pada tanamanperkebunan sangat diperlukan untuk menerapkan strategiyang tepat dalam upaya perlindungan tanaman perkebunan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetikGanoderma spp. yang berasosiasi dengan tanaman kakao dantanaman pelindungnya (sengon, mahoni, saga dan lamtoro)dari berbagai wilayah di Indonesia menggunakan penandamolekuler random amplified polymorphic DNA (RAPD).Sebanyak 45 sampel Ganoderma spp digunakan dalampenelitian ini. Amplifikasi DNA dengan 10 primer terpilihmenghasilkan 220 fragmen DNA yang menunjukkan adanyapolimorfisme. Hasil analisis menunjukkan adanya keragamanyang cukup tinggi di antara sampel Ganoderma spp. daripohon inang dan wilayah yang berbeda, dengan nilaikoefisien 0,71-0,91. Berdasarkan analisis bootstrapdiketahui bahwa tiga kelompok sampel Ganoderma spp.memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi ( 〉 50 %) yaitukelompok Ganoderma spp. yang berasosiasi dengan pohonsengon asal Tasikmalaya, sengon Palembang, dan mahoniJember; sedangkan pengelompokan lainnya menunjukkmenunjukkan tingkat kepercayaan yang rendah ( 〈 50 %).
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 1858-3768 , 0125-9318
    Language: Unknown
    Publisher: Riset Perkebunan Nusantara
    Publication Date: 2016
    detail.hit.zdb_id: 3017799-6
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 2
    In: E-Journal Menara Perkebunan, Riset Perkebunan Nusantara, Vol. 79, No. 1 ( 2016-03-08)
    Abstract: AbstractInformation on genetic diversity of Ganoderma spp.causing root rot disease in crops is important to developa proper strategy for the control of Ganoderma disease. Theobjectives of this research were to study the genetic diversityof Ganoderma spp. associated with cacao and its shade trees(Albazia faltacaria, Swietenia mahogani, Adenatheramicrosperma and Leucaena leucocephala) by randomamplified polymorphic DNA (RAPD) analysis. Fourty fivesamples of Ganoderma spp. were used in this research. Theresults showed that DNA amplification using 10 arbitraryoligonucleotide primers produced 220 DNA fragmentsshowing polymorphisms. The cluster analysis showed that 45number of Ganoderma samples had a high variability with thecoefficient value ranged from 0.71 to 0.91. Further analysisusing Winboot software showed that three groups ofGanoderma spp. had a high degree of confidence ( 〉 50 %),which were Ganoderma samples from sengon (Paraserianthessp.) of Tasikmalaya, sengon (Paraserianthes sp.) ofPalembang, and mahogany of Jember; whereas the othergroups of samples had a low degree of confidence ( 〈 50%).AbstrakInformasi tentang keragaman genetik Ganoderma spp.sebagai penyebab penyakit busuk akar pada tanamanperkebunan sangat diperlukan untuk menerapkan strategiyang tepat dalam upaya perlindungan tanaman perkebunan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetikGanoderma spp. yang berasosiasi dengan tanaman kakao dantanaman pelindungnya (sengon, mahoni, saga dan lamtoro)dari berbagai wilayah di Indonesia menggunakan penandamolekuler random amplified polymorphic DNA (RAPD).Sebanyak 45 sampel Ganoderma spp digunakan dalampenelitian ini. Amplifikasi DNA dengan 10 primer terpilihmenghasilkan 220 fragmen DNA yang menunjukkan adanyapolimorfisme. Hasil analisis menunjukkan adanya keragamanyang cukup tinggi di antara sampel Ganoderma spp. daripohon inang dan wilayah yang berbeda, dengan nilaikoefisien 0,71-0,91. Berdasarkan analisis bootstrapdiketahui bahwa tiga kelompok sampel Ganoderma spp.memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi ( 〉 50 %) yaitukelompok Ganoderma spp. yang berasosiasi dengan pohonsengon asal Tasikmalaya, sengon Palembang, dan mahoniJember; sedangkan pengelompokan lainnya menunjukkmenunjukkan tingkat kepercayaan yang rendah ( 〈 50 %).
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 1858-3768 , 0125-9318
    Language: Unknown
    Publisher: Riset Perkebunan Nusantara
    Publication Date: 2016
    detail.hit.zdb_id: 3017799-6
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 3
    Online Resource
    Online Resource
    Riset Perkebunan Nusantara ; 2016
    In:  E-Journal Menara Perkebunan Vol. 80, No. 2 ( 2016-03-07)
    In: E-Journal Menara Perkebunan, Riset Perkebunan Nusantara, Vol. 80, No. 2 ( 2016-03-07)
    Abstract: AbstractCocoa (Theobroma cacao L.), one of the most important export commodities from Indonesia, is widely planted with current total area of 1.6 million Ha, producing 500.000 metric tons of dry bean  in 2011 . At the time of harvest, instead of seed approximately the same volume cacao husk is produced. The aim of the study was to assess the potential of cocoa husk extract as an antibacterial against Escherichia coli, Bacillus subtilis, and Staphylococcus aureus, and to determine the minimum inhibitory concentration (MIC) of cocoa husk extract to the three test bacteria. Extraction of cocoa husk conducted by maceration method using ethanol 96%. Analysis of antibacterial activity was done by paper disc diffusion method. Completely Randomized Design of single factor presentage that is extract concentration of 0; 1; 2; 4; 8; 16; 32; and 64% (g/mL) with three replicans were applied.The results showed that the extract of cocoa pod husk has antibacterial activity against S. aureus, B. subtilis, and E. coli with the MIC are 8% (g/ mL), 16% (g/ mL), and 32% (g/ mL) respectively.AbstrakKakao (Theobroma cacao L.), salah satu komoditi ekspor terpenting Indonesia, ditanam secara luas dengan total luasan 1,6 juta Ha, menghasilkan 500.000 ton biji kering pada tahun 2011. Di samping biji sebagai hasil utama, pada saat panen juga dihasilkan kulit buah dengan volume yang hampir sama dengan biji. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekstrak kulit buah kakao sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli, Bacillus subtilis, dan Staphylococcus aureusserta menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak kulit buah kakao terhadap ketiga bakteri uji. Ekstraksi kulit buah kakao dilakukan dengan metode Maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Analisis aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram  kertas. Penelitian  ini  menggunakan  Rancangan Acak  Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal  konsen-trasi ekstrak, yaitu 0; 1; 2; 4; 8; 16; 32; dan 64% (g/mL), masing-masing dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah kakao berpotensi sebagai antibakteri terhadap S. aureus, B. subtilis dan  E. coli, dengan KHM berturut-turut adalah 8% (g/mL), 16% (g/mL), dan 32% (g/mL).
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 1858-3768 , 0125-9318
    Language: Unknown
    Publisher: Riset Perkebunan Nusantara
    Publication Date: 2016
    detail.hit.zdb_id: 3017799-6
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 4
    In: E-Journal Menara Perkebunan, Riset Perkebunan Nusantara, Vol. 80, No. 1 ( 2016-03-07)
    Abstract: AbstractBasal stem rot caused by Ganoderma sp. is the most destructive disease in oil palm that difficult to control because its early symptom could not be detected easily. Serological technique that could detect early Ganoderma sp. infection in quick, simple, and cheap manner should be developed as one component for integrated disease management. A diagnostic device based on dot immunobinding assay (DIBA) for early detection of Ganoderma sp. infection in oil palm had been observed at laboratory, greenhouse and field experiment. Study result revealed that serological technique could detect antigen protein extract of Ganoderma mycelium as much as 138 µg/mL. Basal stem of young seedling that artificially be inoculated by the pathogen could also be clearly detected. At field experiment, Ganoderma sp. infection in oil palm plantation was marked with colour marking based on its infection stadium level to the palm oil. The colours are green, yellow, red, black, and white stating that the plant are healthy, mild infection, heavy infection, very heavy infection, and dead, respectively. Field experiment result showed that serological device kit gave strong reaction to antigen extracted from root and stem at red marking plant. The antigen extracted from healthy plant (green marking plant) was the weak one indicating that the plant is starting to be infected although the symptoms are not yet visually observed. AbstrakBusuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma sp. merupakan penyakit paling penting yang sulit ditanggulangi pada tanaman kelapa sawit karena gejala dini serangan sulit diketahui. Teknik serologi yang mampu mendeteksi dini infeksi Ganoderma sp. secara cepat, sederhana dan murah perlu dikembangkan sebagai salah satu komponen dalam pengelolaan penyakit secara terpadu. Teknik serologi dalam bentuk perangkat diagnostik berbasis dot immunobinding assay (DIBA) telah dirakit untuk mendeteksi infeksi Ganoderma sp. pada skala laboratorium, rumah kaca, dan lapang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perangkat diagnostik tersebut dapat mendeteksi ekstrak protein dari miselium Ganoderma sp sebesar 138 µg/mL. Keberadaan patogen pada bibit kelapa sawit yang diinfeksi buatan dapat dideteksi secara jelas dengan perangkat serologi tersebut. Deteksi tingkat infeksi Ganoderma sp. pada kebun kelapa sawit TM (skala lapang) dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan stadium infeksi (sehat, ringan, berat, sangat berat, mati) yang diberi kriteria warna hijau, kuning, merah, hitam, dan putih. Hasil uji di kebun kelapa sawit menunjukkan bahwa teknik serologi ini memberikan reaksi paling kuat terhadap antigen yang diekstraksi dari akar dan batang tanaman kriteria merah. Sedangkan reaksi paling lemah ditunjukkan oleh antigen yang diekstraksi dari tanaman kelapa sawit kode hijau yang mengindikasikan bahwa tanaman tanaman kelapa sawit di lapangan tersebut mulai terserang walaupun gejala penyakit belum terlihat secara visual.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 1858-3768 , 0125-9318
    Language: Unknown
    Publisher: Riset Perkebunan Nusantara
    Publication Date: 2016
    detail.hit.zdb_id: 3017799-6
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 5
    Online Resource
    Online Resource
    Riset Perkebunan Nusantara ; 2016
    In:  E-Journal Menara Perkebunan Vol. 80, No. 2 ( 2016-03-07)
    In: E-Journal Menara Perkebunan, Riset Perkebunan Nusantara, Vol. 80, No. 2 ( 2016-03-07)
    Abstract: AbstractCocoa (Theobroma cacao L.), one of the most important export commodities from Indonesia, is widely planted with current total area of 1.6 million Ha, producing 500.000 metric tons of dry bean  in 2011 . At the time of harvest, instead of seed approximately the same volume cacao husk is produced. The aim of the study was to assess the potential of cocoa husk extract as an antibacterial against Escherichia coli, Bacillus subtilis, and Staphylococcus aureus, and to determine the minimum inhibitory concentration (MIC) of cocoa husk extract to the three test bacteria. Extraction of cocoa husk conducted by maceration method using ethanol 96%. Analysis of antibacterial activity was done by paper disc diffusion method. Completely Randomized Design of single factor presentage that is extract concentration of 0; 1; 2; 4; 8; 16; 32; and 64% (g/mL) with three replicans were applied.The results showed that the extract of cocoa pod husk has antibacterial activity against S. aureus, B. subtilis, and E. coli with the MIC are 8% (g/ mL), 16% (g/ mL), and 32% (g/ mL) respectively.AbstrakKakao (Theobroma cacao L.), salah satu komoditi ekspor terpenting Indonesia, ditanam secara luas dengan total luasan 1,6 juta Ha, menghasilkan 500.000 ton biji kering pada tahun 2011. Di samping biji sebagai hasil utama, pada saat panen juga dihasilkan kulit buah dengan volume yang hampir sama dengan biji. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekstrak kulit buah kakao sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli, Bacillus subtilis, dan Staphylococcus aureusserta menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak kulit buah kakao terhadap ketiga bakteri uji. Ekstraksi kulit buah kakao dilakukan dengan metode Maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Analisis aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram  kertas. Penelitian  ini  menggunakan  Rancangan Acak  Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal  konsen-trasi ekstrak, yaitu 0; 1; 2; 4; 8; 16; 32; dan 64% (g/mL), masing-masing dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah kakao berpotensi sebagai antibakteri terhadap S. aureus, B. subtilis dan  E. coli, dengan KHM berturut-turut adalah 8% (g/mL), 16% (g/mL), dan 32% (g/mL).
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 1858-3768 , 0125-9318
    Language: Unknown
    Publisher: Riset Perkebunan Nusantara
    Publication Date: 2016
    detail.hit.zdb_id: 3017799-6
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 6
    In: E-Journal Menara Perkebunan, Riset Perkebunan Nusantara, Vol. 81, No. 1 ( 2016-03-08)
    Abstract: AbstractAn increasing number of explants is necessary toobtain plantlets in large quantities, for mass propagationof rubber plants. However, high level of contamination atthe primary culture stage is still a major constraint in invitro microcutting of rubber. The aim of this study was tooptimize surface sterilization procedures to reduce micro-bial contamination at the primary culture. Sterilizationexperiment was conducted in two step., The first step wasto determine the effect of washing the explants withrunning water prior to sterilization and then using Deso-germe, ethanol or H 2 O 2 , while the second step was toidentify the suitable sterilization process on reducing thelevel of contamination. The results showed that the surfacesterilization with only one type of sterilization agent couldnot reduce contamination level caused either by bacteriaor fungi, while sterilization with three types of sterilizingagents increased the number of dead explants. The besttreatment for surface sterilization was the directsterilization of explants using 70% ethanol for one minuteand 17.6% H 2 O 2 for 20 minutes without washing with tapwater (A-CD treatment). The percentage of viable andaseptic explantsof this treatment was 76.7%, which wassignificantly higher than those of other treatments. Thistreatment reduced contamination level to 21.7%.AbstrakPeningkatan jumlah eksplan sangat diperlukan untukmemperoleh planlet dalam jumlah besar pada perbanyakanmassal tanaman karet secara in vitro. Namun, tingginyatingkat kontaminasi pada tahap kultur primer masih me-rupakan kendala utama dalam kultur stek mikro tanamankaret. Tujuan penelitian adalah mengoptimasi prosedursterilisasi permukaan eksplan untuk mengurangi jumlaheksplan yang terkontaminasi mikroba pada tahap kulturprimer. Percobaan sterilisasi dilaksanakan dalam duatahap, tahap pertama untuk mengetahui pengaruh pen-cucian eksplan dengan air mengalir pada awal sterilisasiserta penggunaan Desogerme, etanol dan H 2 O 2 , sedang-kan tahap kedua untuk mendapatkan proses sterilisasi yangpaling sesuai dalam menurunkan tingkat kontaminasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sterilisasipermukaan yang menggunakan satu jenis bahan sterilantidak dapat mengurangi kontaminasi, baik oleh bakterimaupun cendawan. Perlakuan sterilisasi eksplan dengantiga jenis bahan sterilan meningkatkan kematian eksplan.Perlakuan sterilisasi permukaan terbaik adalah sterilisasilangsung eksplan menggunakan etanol 70% selama satu  menit dan H 2 O 2 17,6% selama 20 menit, tanpa pencuciandengan air mengalir (perlakuan A-CD). Persentase eksplansteril yang hidup sebesar 76,7%, berbeda nyata dibanding-kan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan tersebut dapatmengurangi kontaminasi menjadi sebesar 21,7%.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 1858-3768 , 0125-9318
    Language: Unknown
    Publisher: Riset Perkebunan Nusantara
    Publication Date: 2016
    detail.hit.zdb_id: 3017799-6
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 7
    In: E-Journal Menara Perkebunan, Riset Perkebunan Nusantara, Vol. 80, No. 1 ( 2016-03-07)
    Abstract: AbstractBasal stem rot caused by Ganoderma sp. is the most destructive disease in oil palm that difficult to control because its early symptom could not be detected easily. Serological technique that could detect early Ganoderma sp. infection in quick, simple, and cheap manner should be developed as one component for integrated disease management. A diagnostic device based on dot immunobinding assay (DIBA) for early detection of Ganoderma sp. infection in oil palm had been observed at laboratory, greenhouse and field experiment. Study result revealed that serological technique could detect antigen protein extract of Ganoderma mycelium as much as 138 µg/mL. Basal stem of young seedling that artificially be inoculated by the pathogen could also be clearly detected. At field experiment, Ganoderma sp. infection in oil palm plantation was marked with colour marking based on its infection stadium level to the palm oil. The colours are green, yellow, red, black, and white stating that the plant are healthy, mild infection, heavy infection, very heavy infection, and dead, respectively. Field experiment result showed that serological device kit gave strong reaction to antigen extracted from root and stem at red marking plant. The antigen extracted from healthy plant (green marking plant) was the weak one indicating that the plant is starting to be infected although the symptoms are not yet visually observed. AbstrakBusuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma sp. merupakan penyakit paling penting yang sulit ditanggulangi pada tanaman kelapa sawit karena gejala dini serangan sulit diketahui. Teknik serologi yang mampu mendeteksi dini infeksi Ganoderma sp. secara cepat, sederhana dan murah perlu dikembangkan sebagai salah satu komponen dalam pengelolaan penyakit secara terpadu. Teknik serologi dalam bentuk perangkat diagnostik berbasis dot immunobinding assay (DIBA) telah dirakit untuk mendeteksi infeksi Ganoderma sp. pada skala laboratorium, rumah kaca, dan lapang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perangkat diagnostik tersebut dapat mendeteksi ekstrak protein dari miselium Ganoderma sp sebesar 138 µg/mL. Keberadaan patogen pada bibit kelapa sawit yang diinfeksi buatan dapat dideteksi secara jelas dengan perangkat serologi tersebut. Deteksi tingkat infeksi Ganoderma sp. pada kebun kelapa sawit TM (skala lapang) dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan stadium infeksi (sehat, ringan, berat, sangat berat, mati) yang diberi kriteria warna hijau, kuning, merah, hitam, dan putih. Hasil uji di kebun kelapa sawit menunjukkan bahwa teknik serologi ini memberikan reaksi paling kuat terhadap antigen yang diekstraksi dari akar dan batang tanaman kriteria merah. Sedangkan reaksi paling lemah ditunjukkan oleh antigen yang diekstraksi dari tanaman kelapa sawit kode hijau yang mengindikasikan bahwa tanaman tanaman kelapa sawit di lapangan tersebut mulai terserang walaupun gejala penyakit belum terlihat secara visual.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 1858-3768 , 0125-9318
    Language: Unknown
    Publisher: Riset Perkebunan Nusantara
    Publication Date: 2016
    detail.hit.zdb_id: 3017799-6
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 8
    In: E-Journal Menara Perkebunan, Riset Perkebunan Nusantara, Vol. 80, No. 1 ( 2016-03-07)
    Abstract: Abstract Biochar offers option for managing land as a source  of carbon and soil conditioner. The ability of biochar in  increasing soil  fertility associates with its ability to retain water, reduce soil acidity, and keep the availability of essential nutrients for plant thus increasing crop produc-tivity, and reducing the risk of soil erosion. Biochar is also substance to provide a  suitable environment for the growth of beneficial microbes, including an isolate of  Trichoderma harzianum used in this study, that has been proven capable in stimulating plant growth and suppressing soil borne diseases. The purpose of this research was to determine the in vitro compatibility of T. harzianum DT38, Indonesia Biotech-nology Research Institute for Estate Crop (IBRIEC) collection, in mixtures of  EFBPO biochar and peat during 28 days. This research was performed in completely randomized design with single factor, comprising of five formulas: 1) 100% EFBOP biochar (K1), 2) 100% peat (K2), 3) Mixture of EFBOP biochar and peat = 1 : 4 (F1), 4) Mixture of EFBOP biochar and peat=  1 : 8 (F2), dan 5) Mixture of EFBOP biochar and peat=  1 : 12 (F3). The colony forming units were determined after storage to express the amount of fungal propaguls in each mixture. The results was analized using one-way ANOVA test and Duncan Test. Result showed that the total of  T. harzianum DT38 propaguls was not significantly difference among five mixture preparations tested during 0 and 7 days storage. The total propaguls were insignificantly difference between F1 and K2, and also between  F2 and F3in 14, 21 and 28 days incubation. Peat addition on biochar increased the total of  T. harzianum DT38 propaguls during 28 days incubation. The total propaguls which are remain high in F1, F2 and F3 formula up to 28 days storage indicating that the mixtures suitable for microbe media and biofertilizer formula.Abstrak Penggunaan arang hayati (biochar) merupakan alternatif pengelolaan tanah terutama sebagai penyedia karbon dan pembenah tanah.  Kemampuan biochar dalam meningkatkan kesuburan tanah berhubungan dengan kemampuannya untuk menahan air, mengurangi keasaman tanah, menjaga keter-sediaan nutrien yang penting bagi tanaman sehingga mening-katkan  produktivitas  tanaman, serta mengurangi resiko erosi  tanah. Arang hayati  juga berperan dalam menyediakan ling-kungan yang   cocok   untuk   pertumbuhan   mikroba,  ter-masuk isolat Trichoderma harzianum yang digunakan dalam penelitian ini dan teruji mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan mengendalikan penyakit tular tanah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kompatibilitas T. harzianum DT38 koleksi BPBPI pada bahan pembawa berupa campuran biochar tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan gambut selama penyimpanan 28 hari secara in vitro. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) untuk menguji lima perlakuan, yaitu : 1) 100% biochar TKKS (K1), 2) 100% gambut (K2), 3) Campuran biochar TKKS dan gambut 1 : 4 (F1), 4) Campuran biochar TKKS dan gambut 1 : 8 (F2), dan 5) Campuran biochar TKKS dan gambut 1 : 12 (F3). Hasil pengamatan pada penyimpanan 0 dan 7 hari menunjukkan bahwa jumlah propagul T. harzianum DT38 dari berbagai formula tidak berbeda nyata.  Jumlah propagul antara formula F1 dan K2, serta F2 dan F3 tidak berbeda nyata pada penyim-panan 14, 21 dan 28 hari.  Penambahan gambut pada biochar TKKS dapat meningkatkan jumlah propagul T. harzianum DT 38 selama penyimpanan 28 hari secara in vitro.  Jumlah propagul T. harzianum DT38 pada media F1, F2 dan F3 selama penyimpanan 28 hari masih memenuhi jumlah minimal propagul dalam bahan pembawa yang menunjukkan bahwa media ini sesuai untuk pertumbuhan mikroba dan berpotensi sebagai formula pupuk hayati.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 1858-3768 , 0125-9318
    Language: Unknown
    Publisher: Riset Perkebunan Nusantara
    Publication Date: 2016
    detail.hit.zdb_id: 3017799-6
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 9
    In: E-Journal Menara Perkebunan, Riset Perkebunan Nusantara, Vol. 81, No. 1 ( 2016-03-08)
    Abstract: AbstractAn increasing number of explants is necessary toobtain plantlets in large quantities, for mass propagationof rubber plants. However, high level of contamination atthe primary culture stage is still a major constraint in invitro microcutting of rubber. The aim of this study was tooptimize surface sterilization procedures to reduce micro-bial contamination at the primary culture. Sterilizationexperiment was conducted in two step., The first step wasto determine the effect of washing the explants withrunning water prior to sterilization and then using Deso-germe, ethanol or H 2 O 2 , while the second step was toidentify the suitable sterilization process on reducing thelevel of contamination. The results showed that the surfacesterilization with only one type of sterilization agent couldnot reduce contamination level caused either by bacteriaor fungi, while sterilization with three types of sterilizingagents increased the number of dead explants. The besttreatment for surface sterilization was the directsterilization of explants using 70% ethanol for one minuteand 17.6% H 2 O 2 for 20 minutes without washing with tapwater (A-CD treatment). The percentage of viable andaseptic explantsof this treatment was 76.7%, which wassignificantly higher than those of other treatments. Thistreatment reduced contamination level to 21.7%.AbstrakPeningkatan jumlah eksplan sangat diperlukan untukmemperoleh planlet dalam jumlah besar pada perbanyakanmassal tanaman karet secara in vitro. Namun, tingginyatingkat kontaminasi pada tahap kultur primer masih me-rupakan kendala utama dalam kultur stek mikro tanamankaret. Tujuan penelitian adalah mengoptimasi prosedursterilisasi permukaan eksplan untuk mengurangi jumlaheksplan yang terkontaminasi mikroba pada tahap kulturprimer. Percobaan sterilisasi dilaksanakan dalam duatahap, tahap pertama untuk mengetahui pengaruh pen-cucian eksplan dengan air mengalir pada awal sterilisasiserta penggunaan Desogerme, etanol dan H 2 O 2 , sedang-kan tahap kedua untuk mendapatkan proses sterilisasi yangpaling sesuai dalam menurunkan tingkat kontaminasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sterilisasipermukaan yang menggunakan satu jenis bahan sterilantidak dapat mengurangi kontaminasi, baik oleh bakterimaupun cendawan. Perlakuan sterilisasi eksplan dengantiga jenis bahan sterilan meningkatkan kematian eksplan.Perlakuan sterilisasi permukaan terbaik adalah sterilisasilangsung eksplan menggunakan etanol 70% selama satu  menit dan H 2 O 2 17,6% selama 20 menit, tanpa pencuciandengan air mengalir (perlakuan A-CD). Persentase eksplansteril yang hidup sebesar 76,7%, berbeda nyata dibanding-kan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan tersebut dapatmengurangi kontaminasi menjadi sebesar 21,7%.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 1858-3768 , 0125-9318
    Language: Unknown
    Publisher: Riset Perkebunan Nusantara
    Publication Date: 2016
    detail.hit.zdb_id: 3017799-6
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 10
    In: E-Journal Menara Perkebunan, Riset Perkebunan Nusantara, Vol. 74, No. 2 ( 2016-03-08)
    Abstract: Summary Pod rot is one of the most important diseases in cacao. This disease could be incited by Phytophthora palmivora, P. megakarya,  P. capsici or P. citrophthora.  The causal agent of pod rot disease in cacao in Indonesia is known to be P. palmivora.  The success of pod rot disease management is partly depend on the success of efforts in reducing the quantity and quality of the disease inoculum above and below soil surface.  Provision of molecular-based detection system would improve the accuracy of determination of these two parameters. The objective of this experiment was to develop a pair of primers that could be used to specifically amplify rDNA fragments of P. palmivora associated with pod rot disease in cacao.  Design of these primers was made based on the DNA sequence of rDNA fragment amplified using a pair of universal primers ITS4/ITS5. Regions showing high degree of dissimilarity among species of Phytophthora and high degree of similarity within the same species of P. palmivora were determined through DNA alignment.  Specific forward primer (DTF) 5¢-CTT AGT TGG GGG TCT CTT TC-3¢  and reverse primer (Ilyas1R) 5¢-GTT CAC CAA TCA TAC CAC C-3¢ were obtained. This pair of primers had been proven to specifically amplify only rDNA fragment, approximately 650 bp, of P. palmivora associated with pod rot disease and stem canker in cacao.Ringkasan Penyakit busuk buah merupakan salah satu penyakit terpenting pada tanaman kakao.  Penyakit ini dapat disebabkan oleh Phytoph-thora palmivora, P. megakarya, P. capsici atau P. citrophthora. Di Indonesia busuk buah disebabkan oleh P. palmivora. Keberhasilan pengendalian penyakit busuk buah salah satunya tergantung kepada keberhasilan penekanan kuantitas dan kualitas inokulum baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan tanah. Tersedianya perangkat deteksi molekuler akan sangat membantu dalam upaya penetapan kedua parameter ter-sebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengem-bangkan satu pasang primer yang secara spesifik mampu mengamplifikasi hanya fragmen rDNA P. palmivora yang berkaitan dengan busuk buah kakao. Desain primer dilakukan dengan mengacu kepada sekuen rDNA yang diamplifikasi dengan pasangan primer universal ITS4/ITS5. Daerah yang menunjukkan urutan basa dengan tingkat keragaman yang tinggi antar spesies Phytoph-thora dan yang menunjukkan tingkat kesamaan tinggi dalam satu spesies P. palmivora  yang sama  ditelusuri melalui penjajaran DNA. Hasil desain primer diperoleh primer forward (DTF) 5¢-CTT AGT TGG GGG TCT CTT TC-3¢  dan  reverse (Ilyas1R) 5¢-GTT CAC CAA TCA TAC CAC C-3¢. Pasangan primer DTF dan Ilyas1R ini hanya mampu mengamplifikasi fragmen rDNA berukuran 650 bp dari P. palmivora penyebab penyakit  buah  dan kanker batang kakao.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 1858-3768 , 0125-9318
    Language: Unknown
    Publisher: Riset Perkebunan Nusantara
    Publication Date: 2016
    detail.hit.zdb_id: 3017799-6
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
Close ⊗
This website uses cookies and the analysis tool Matomo. More information can be found here...