GLORIA

GEOMAR Library Ocean Research Information Access

Your email was sent successfully. Check your inbox.

An error occurred while sending the email. Please try again.

Proceed reservation?

Export
Filter
  • Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia  (7)
  • 1
    Online Resource
    Online Resource
    Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia ; 2019
    In:  Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Vol. 37, No. 1 ( 2019-12-01)
    In: Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Vol. 37, No. 1 ( 2019-12-01)
    Abstract: CHRONIC DISEASES AND LIFESTYLE IMPACT TO CATEGORY VERBAL FLUENCY PERFORMANCE IN ELDERLYABSTRACTIntroduction: In recent studies, chronic illness and sedentary lifestyle were found to bea risk factors for cognitive impairment. Verbal fluency (VF) is one of the most used instruments.Aim: To determine cognitive impairment using VF and its correlation with risk factors (chronic illness and lifestyle) in elderly.Method: This cross-sectional study was conducted toward 121 elderly respondents in August–September 2017 at Pusaka, West Jakarta. Cognitive impariment was assessesed using VF. VF otherwise disturbed if the value 〈 16.03. Heart disease and stroke were determined by anamnesis. Blood pressure was determined using Riester tensimeter. that has been calibrated. Cholesterol and blood sugar were determined using laboratory result by CHOD-PAP method. Smoking was determined by asking the history of smoking. Physical activity was determined by 24-hour activity recall. Nutrition Intake was determined by food record.Results: There were 63.6% subjects wno had VF impairment. Most respondent were over 65 years old (71.9%), female (66.1%) and education level more than 6 years (72.7%). VF had a significant assosiation with education level (p=0.020; OR=3.792), and without cardiovascular disease (p=0.023; OR=0.111).Discussion: The mayority of respondents had VF impairment, lower education was consistenly as a risk factors while no history of cardiovascular disease as a protective factors of language impairment.Keywords: Chronic diseases, cognitive impairment, lifestyle, verbal fluencyABSTRAKPendahuluan: Pada beberapa penelitian terbaru ditemukan bahwa faktor risiko seperti penyakit kronis dan gaya hidup buruk meningkatkan risiko terkena gangguan fungsi kognitif. Salah satu instrumen yang sering digunakan adalah verbal fluency (VF).Tujuan: Mengetahui gambaran fungsi kognitif dengan instrumen VF dan hubungannya dengan faktor risiko (penyakit kronis dan gaya hidup) pada lansia.Metode: Penelitian potong lintang ini dilaksanakan pada 121 responden lansia pada bulan Agustus-September 2017 di Pusaka Jakarta Barat. Gangguan fungsi kognitif dinilai menggunakan instrumen VF. Verbal fluency dikatakan terganggu dengan nilai 〈 16,03. Penyakit jantung dan stroke didapatkan dari anamnesis. Tekanan darah dari hasil pengukuran menggunakan tensimeter yang telah dikalibrasi sebelumnya. Pengukuran kolesterol dan gula darah didapatkan dari hasil laboratorium dengan metode CHOD-PAP. Merokok didapat dari anamnesis. Aktivitas fisik dinilai dari 24-hour activity recall. Asupan nutrisi dinilai dari kuisioner food record.Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan subjek dengan gangguan VF sebanyak 63,6%. Mayoritas responden berusia diatas 65 tahun (71,9%), dengan jenis kelamin wanita (66,1%) dan tingkat pendidikan diatas 6 tahun (72,7%). Hasil analisis menunjukan bahwa instrumen VF memiliki hubungan bermakna dengan tingkat pendidikan rendah (p=0,020; RO=3,792), dan tidak berpenyakit jantung (p=0,023; RO=0,111).Diskusi: Mayoritas responden memiliki gangguan bahasa, pendidikan rendah diketahui secara konsisten sebagai faktor risiko sementara tidak ada riwayat penyakit jantung sebagai faktor protektif untuk gangguan fungsi bahasa.Kata kunci: Gangguan fungsi kognitif, gaya hidup, penyakit kronis, verbal fluency
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2502-3748 , 0216-6402
    URL: Issue
    Language: Unknown
    Publisher: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
    Publication Date: 2019
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 2
    Online Resource
    Online Resource
    Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia ; 2018
    In:  Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Vol. 35, No. 3 ( 2018-06-01)
    In: Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Vol. 35, No. 3 ( 2018-06-01)
    Abstract: THE IMPACT OF GRANDPARENTING ACTIVITY ON COGNITIVE FUNCTION IN ELDERLY WOMANABSTRACT Introduction: Cognitive impairment is a neurodegenerative process which often experienced by the elderly. One of the factors associated with cognitive function is grandparenting which is common and has become a social norm in Indonesia.Aims: To determine the association between characteristics of the subjects and grandparenting activity with cognitive function in elderly woman.Methods: This study was conducted on July 2016–January 2017 in West Jakarta and as a part of Active Ageing Research in Atma Jaya University. The data were collected through grandparenting activity questionnaire and cognitive function assessment using Mini Mental State Examination (MMSE).Results: Based on 93 participants, the age mean was 67,51±5,058 and majority had education 〈 9 years (54,8%). Data analysis showed that education, grandparenting, the quality of grandparenting, types of grandparenting activity specifically preparing food and/or feeding child and storytelling had a significant association with global cognitive function.Discussions: Physical, social activity, and cognitive stimulation while caring for grandchildren can prevent decline in cognitive function.Keywords: Elderly, cognitive function, grandparentingABSTRAK Pendahuluan: Penurunan fungsi kognitif merupakan suatu proses neurodegeneratif yang sering dialami oleh lansia. Salah satu faktor yang dianggap berpengaruh terhadap fungsi kognitif adalah aktivitas pengasuhan cucu yang masih umum dilakukan dan telah menjadi bagian dari norma masyarakat di Indonesia.Tujuan: Mengetahui hubungan antara karakteristik subjek dan aktivitas pengasuhan cucu terhadap fungsi kognitif pada perempuan lansia.Metode: Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2016–Januari 2017 di Jakarta Barat dan merupakan bagian dari penelitian Active Ageing di Universitas Atma Jaya. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner aktivitas pengasuhan cucu dan pengukuran fungsi kognitif menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE).Hasil: Penelitian terhadap 93 subjek dengan rerata usia 67,51±5,058 dan sebagian besar berpendidikan 〈 9 tahun (54,8%). Pendidikan, aktivitas pengasuhan cucu, kualitas pengasuhan cucu, serta jenis aktivitas pengasuhan cucu, yaitu menyiapkan dan/atau menyuapi makanan dan membacakan cerita memiliki hubungan yang bermakna dengan fungsi kognitif global.Diskusi: Aktivitas fisik, sosial dan stimulasi kognitif pada saat mengasuh cucu dapat mencegah terjadinya penurunanfungsi kognitif.Kata kunci: Aktivitas pengasuhan cucu, fungsi kognitif, lanjut usia 
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2502-3748 , 0216-6402
    URL: Issue
    Language: Unknown
    Publisher: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
    Publication Date: 2018
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 3
    Online Resource
    Online Resource
    Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia ; 2020
    In:  Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Vol. 37, No. 1 ( 2020-09-29)
    In: Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Vol. 37, No. 1 ( 2020-09-29)
    Abstract: OLFACTORY IMPAIRMENT AS A RISK FACTOR OF COGNITIVE DECLINE IN THE ELDERLY WITH LOW EDUCATIONABSTRACTIntroduction: Olfactory function plays a role in cognitive decline. Olfactory disorders are known to predict faster cognitive decline and indicate nerve degeneration in the brain. Elderly people with lower assessment of olfactory function are associated with decreased memory function. While the elderly with low education are known to have a high risk of developing dementia. So far there has been no research on disorders of olfactory on cognitive function of elderly with low education.Aim: This study aimed to determine the role of olfactory function and other risk factors related to cognitive decline in the elderly with lower education.Method: A nested cohort study design was used in the fostered area of active age research (in the period 2015-2017) at North, West and Central Jakarta, in elderly with lower education. The cognitive function was assessed using the MMSE instrument. Subjects with a decrease of MMSE score more than 2 points compared to baseline were categorized as having cognitive decline. The olfactory assessment was tested using ten aromas that have been standardized, lipid profile, fasting glucose, and APOE were included.Results: There were 148 elderly subjects with lower education background, majority of the respondent was female 114 (77%) with mean of age 70.2±8.9 years old. Our study showed that 64 (43.2%) subjects had cognitive decline with a mean of decreased was -1.02±3.8 after a follow-up of 2 years, bivariate analyses showed smoking habit and olfactory impairment as a risk factor of cognitive decline (p 〈 0.05; OR=3.1; OR=2.6). In multivariate analyses, subjects with olfactory impairment were 2,7 times more likely to have cognitive decline.Discussion: Olfactory disfunction is a risk factor for reduced cognitive function in the elderly with low education.Keywords: Cognitive, elderly, olfactoryABSTRAKPendahuluan: Fungsi penghidu berperan terhadap penurunan fungsi kognitif. Gangguan penghidu diketahui dapat memprediksi penurunan kognitif yang lebih cepat dan mengindikasikan degenerasi saraf di otak. Lansia dengan penilaian fungsi penghidu yang lebih rendah berkaitan dengan penurunan fungsi memori. Sementara lansia dengan pendidikan rendah diketahui mempunyai risiko tinggi terkena demensia. Sejauh ini belum ada penelitian tentang gangguan penghidu terhadap fungsi kognitif lansia berpendidikan rendah.Tujuan: Untuk mengetahui peranan fungsi penghidu dan faktor risiko lainnya terhadap penurunan fungsi kognitif pada lansia pendidikan rendah.Metode: Penelitian dengan desain nested cohort di wilayah binaan active ageing research (periode 2015-2017) yaitu di Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat pada lansia dengan pendidikan rendah. Pemeriksaan fungsi kognitif dinilai dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE). Subjek dengan penurunan skor MMSE lebih dari 2 poin dibandingkan baseline dikategorikan mengalami penurunan fungsi kognitif. Subjek dilakukan penilaian fungsi penghidu menggunakan 10 aroma yang telah distandarisasi, pemeriksaan profil lipid, gula darah puasa, dan APOE.Hasil: Didapatkan 148 subjek lansia berpendidikan rendah yang mayoritas perempuan (77%) dengan rerata usia 70,2±8,9 tahun. Sebanyak 43,2% lansia mengalami penurunan skor MMSE dengan rerata penurunan sebesar -1,02±3,8 pada pemantauan selama 2 tahun. Analisis bivariat menunjukkan perilaku merokok dan gangguan olfaktori memiliki risiko terhadap penurunan fungsi kognitif (RO=3,1dan RO=2,6; p 〈 0,05). Analisis multivariat menunjukkan subjek dengan gangguan olfaktori memiliki risiko 2,7 kali untuk mengalami penurunan fungsi kognitif.Diskusi: Gangguan olfaktori merupakan faktor risiko penurunan fungsi kognitif pada lansia berpendidikan rendah.Kata kunci: Fungsi penghidu, kognitif, lansia, kognitif, olfaktori
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2502-3748 , 0216-6402
    URL: Issue
    Language: Unknown
    Publisher: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
    Publication Date: 2020
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 4
    Online Resource
    Online Resource
    Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia ; 2020
    In:  Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Vol. 36, No. 2 ( 2020-09-28)
    In: Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Vol. 36, No. 2 ( 2020-09-28)
    Abstract:       RELATIONSHIP OF MARITAL STATUS, APOE ε4, AND TYPES OF PHYSICAL ACTIVITIES ON COGNITIVE DECLINE IN ELDERLY WOMENABSTRACTIntroduction: The number of elderly population in Indonesia continues to increase every year, especially women. Elderly women are at higher risk of experiencing decreased cognitive function.Aims: To determine the relationship between the characteristics  of the subject, vascular risk factors, APOE ε4 genotype, and the type of physical activity with the decline of cognitive function in elderly women.Methods: A cognitive cohort study of 114 elderly women who had been observed for a mean of ±2.5 years, as part of the Active Aging study at Atma Jaya Catholic University. The independent variables of this study included were age, education, marital status, vascular risk factors (hypertension, diabetes, dyslipidemia, and BMI), APOE ε4, and types of physical activity. Cognitive function is measured using Mini Mental State Examination (MMSE).Results: There were 114 subjects with mean age was 71.22±7.297 and 33.3% experienced a decline in cognitive function. There were 114 subjects with mean age was 71.22±7.297 and 33.3% experienced a decline in cognitive function. Age, marital status (single), and type of physical activity (cooking) have a significant relationship with Relative Risk (RR) of 4,45; 0,12; and 0,334.Discussions: Factors related to cognitive decline in elderly women were age. Marital status (single) and  cooking activities  were  protective factors.Keywords: APOE, cognitive decline, elderly, marital status, physical activityABSTRAKPendahuluan: Angka populasi lansia di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat, terutama perempuan. Lansia perempuan berisiko lebih tinggi mengalami penurunan fungsi kognitif.Tujuan: Mengetahui hubungan antara karakteristik subjek, faktor risiko vaskuler, genotip APOE ε4, dan jenis aktivitas fisik terhadap penurunan fungsi kognitif pada lansia perempuan.Metode: Penelitian kohort terhadap 114 lansia perempuan 〉 60 tahun yang diikuti fungsi kognitifnya selama rerata ±2,5 tahun, sebagai bagian dari penelitian Active Aging di Universitas Katolik Atma Jaya. Variabel bebas penelitian ini meliputi usia, pendidikan, status perkawinan, faktor risiko vaskuler (hipertensi, diabetes, dislipidemia, dan IMT), APOE ε4, dan jenis aktivitas fisik. Fungsi kognitif diukur menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE).Hasil: Didapatkan 114 subjek dengan rerata usia 71,2±7,3 dan 33,3% mengalami penurunan fungsi kognitif. Analisis multivariat menunjukkan usia, status perkawinan (single) , dan jenis aktivitas fisik (memasak) memiliki hubungan bermakna dengan risiko relatif (RR) masing-masing 4,46; 0,12; dan 0,334.Diskusi: Faktor risiko gangguan fungsi kognitif pada lansia perempuan adalah usia. Status perkawinan (single) dan aktivitas memasak merupakan faktor protektif.Kata kunci: Status perkawinan, APOE, aktivitas fisik, penurunan kognitif, lanjut usia  
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2502-3748 , 0216-6402
    URL: Issue
    Language: Unknown
    Publisher: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
    Publication Date: 2020
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 5
    Online Resource
    Online Resource
    Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia ; 2021
    In:  Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Vol. 39, No. 1 ( 2021-12-20), p. 28-35
    In: Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Vol. 39, No. 1 ( 2021-12-20), p. 28-35
    Abstract: Pendahuluan: Prevalensi gangguan kognitif dan disabilitas fungsional meningkat seiring pertambahan usia. Penurunan pada subdomain kognitif meningkatkan risiko terjadinya disabilitas fungsional pada lansia. Tujuan: Memperoleh gambaran mengenai kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas fungsional serta faktor risiko khususnya gangguan kognitif pada masyarakat lansia di pulau Jawa. Metode: Penelitian potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari Indonesian Family Live Survey (IFLS-5) tahun 2014-2015 yang dilakukan terhadap responden berusia 60 tahun atau lebih. Gangguan fungsi kognitif dinilai dengan metode Telephone Survey of Cognitive Status(TICS). Terdapat beberapa domain kognitif dalam TICS dengan total skor 0-34, dengan kemungkinan mengalami gangguan kognitif global jika skor ≤13. Verbal fluency (VF) dikatakan terganggu dengan nilai 〈 16. Kemandirian lansia dinilai menggunakan Instrumental Activity of Daily Living(IADL). Hasil: Diperoleh 1688 responden, sebagian besar berusia 60-74 tahun (88,7%), wanita (54,3%), dengan pendidikan kurang dari sembilan tahun (72,8%), dan tinggal di daerah urban (58,4%). Sebanyak 26,7% responden mengalami gangguan kognitif global, 73,6% responden dengan verbal fluency yang terganggu, serta 28,6% responden memerlukan bantuan melakukan IADL. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara beberapa domain fungsi kognitif dengan IADL pada lansia di pulau Jawa. Diskusi: Berdasarkan analisis multivariat, faktor yang paling memengaruhi IADL adalah usia, sedangkan domain kognitif yang paling memengaruhi IADL adalah verbal fluency. Responden yang berusia lebih dari 75 tahun dan verbal fluency terganggu masing-masing 2,2 dan 1,7 kali lebih berisiko mengalami ketergantungan IADL. Kata Kunci: Instrumental Activity of Daily Living, kognitif, lansia, verbal fluency.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2502-3748 , 0216-6402
    URL: Issue
    Language: Unknown
    Publisher: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
    Publication Date: 2021
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 6
    Online Resource
    Online Resource
    Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia ; 2020
    In:  Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Vol. 37, No. 2 ( 2020-03-01)
    In: Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Vol. 37, No. 2 ( 2020-03-01)
    Abstract: THE DIFFERENCE OF BRAIN GYM AND POCO-POCO GYMNASTICS IMPROVING EXECUTIVE FUNCTION OF ELDERLY: EXPERIMENTAL STUDY IN PUSAT SANTUNAN KELUARGAABSTRACTIntroduction: The elderly have the risk of experiencing executive dysfunction due to structural and functional changes in neurons and synapses in the prefrontal cortex associated with aging. The brain gym and Poco-poco gymnastics can maintain and improve executive function so that productivity and quality of life of theelderlyremainoptimal.Aim: To find out the difference between the effect of brain gym and Poco-poco gymnastics on improving the executive function of elderly population in Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA).Method: The study uses an experimental study with a nonequivalent control group design approach. Sixty elderly respondents were dividedinto the brain gym group (n=30) and the Poco-poco gymnastics group (n=30) in two different PUSAKAs. Each interventions are carried out three times a week for 30 minutes in four weeks. Analysis of the differences in the effect of brain gym and Poco-poco gymnastics on executive function of the elderly based on the mean difference in Oral Trail Making Test Form B (OTMT-B) using the Mann-Whitney test.Result: There was an improvement in the mean duration of completion of OTMT-B after the intervention in the brain gym group and Poco-poco gymnastics group with a significant p 〈 0.05. The difference in mean difference between OTMT-B after the intervention in the Poco-poco gymnastics group was higher than the brain gym group.Discussion: The brain gym and Poco-poco gymnastics can improve the function of the elderly executive function. Improved executive function was more significant in the Poco-poco gymnastics group than the brain gym group.Keyword: Brain gym, elderly, executive function, Oral Trail Making Test Form-B, Poco-poco gymnasticsABSTRAKPendahuluan: Lansia berisiko mengalami gangguan fungsi eksekutif karena perubahan struktural dan fungsional pada neuron dan sinaps di korteks prefrontalis terkait penuaan. Senam otak dan senam Poco-poco dapat mempertahankan dan meningkatkan fungsi eksekutif sehingga produktivitas dan kualitas hidup lansia tetap optimal.Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan pengaruh senam otak dan senam Poco-poco terhadap peningkatan fungsi eksekutif populasi lansia di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA).Metode: Penelitian menggunakan studi eksperimental dengan pendekatan nonequivalent control group design. Enam puluh lansia sebagai subyek terbagi dalam kelompok senam otak (n=30) dan kelompok senam Poco-poco (n=30) di­ dua PUSAKA. Masing-masing intervensi dilakukan sebanyak tiga kali seminggu selama 30 menit dalam empat minggu. Analisis perbedaan pengaruh senam otak dan senam Poco-poco terhadap fungsi eksekutif lansia berdasarkan selisih rerata Oral Trail Making Test Form B (OTMT-B) menggunakan uji Mann-Whitney.Hasil: Terdapat perbaikan durasi penyelesaian OTMT-B setelah intervensi senam otak dan senam Poco-poco dengan nilai kemaknaan p 〈 0,05. Perbedaan selisih rerata durasi penyelesaian OTMT-B pada kelompok intervensi senam Poco-poco lebih tinggi dibandingkan kelompok senam otak.Diskusi: Intervensi senam otak dan senam Poco-poco dapat meningkatkan fungsi eksekutif populasi lansia. Peningkatan fungsi eksekutif lebih signifikan pada kelompok intervensi senam Poco-poco dibandingkan kelompok intervensi senam otak.Kata kunci: Fungsi eksekutif, lanjut usia, Oral Trail Making Test Form-B, senam otak, senam Poco-poco
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2502-3748 , 0216-6402
    URL: Issue
    Language: Unknown
    Publisher: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
    Publication Date: 2020
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 7
    Online Resource
    Online Resource
    Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia ; 2017
    In:  Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Vol. 35, No. 1 ( 2017-12-01)
    In: Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Vol. 35, No. 1 ( 2017-12-01)
    Abstract:    EFFECTS OF HOUSEWORK IN PREVENTION OF COGNITIVE DECLINE IN ELDERLY WOMEN WITH LOW EDUCATIONABSTRACTIntroduction: Physical activities have a role in preventing or slowing down cognitive decline. In Indonesia, physical activity in the elderly women is dominated with house work chores.Aims: This study was aimed to determine the relationship between house chores with cognitive function in elderly women.Methods: A cross sectional analytic descriptive of 65 women aged 60 years and over with highest education level of junior high school that live in Kalianyar, West Jakarta, between October to November 2014. Physical activity was measured by questionnaire about nine housework activities that Indonesian women usually do and cognitive function was assessed by Mini-Mental State Examination (MMSE).Results: In this study of 65 subjects with a mean age of 64.31 years and low education level, there was a significant relationship between the higher amount of physical activity and better cognitive level. The types of physical activity that had a significant relationship with better cognitive function was cooking, grocery shopping, and washing dishes, with the frequency of cooking and grocery shopping had a significant relationship.Discussion: Cooking and grocery shopping activity have a relationship with better cognitive function.Keywords: Cognitive function, daily physical activity, elderly, house choresABSTRAKPendahuluan: Aktivitas fisik dianggap memiliki peran dalam pencegahan atau perlambatan penurunan fungsi kognitif. Di Indonesia, aktivitas fisik pada lansia perempuan didominasi dengan pekerjaan rumah tangga.Tujuan:  Mengetahui  hubungan  aktivitas  fisik pekerjaan  rumah  tangga  terhadap  fungsi  kognitif  pada  lansia perempuan.Metode: Penelitian deskriptif analitik potong lintang terhadap lansia ( 〉 60 tahun) perempuan yang mengenyam pendidikanakhir paling tinggi tamat SMP dan tinggal di Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat, pada bulan Oktober-November 2014. Aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner sembilan aktivitas pekerjaan rumah tangga yang dilakukan lansia perempuan Indonesia dan penilaian fungsi kognitif menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE).Hasil: Pada penelitian terhadap 65 subjek dengan rerata usia 64,31 tahun berpendidikan rendah, terdapat hubungan bermakna antara jumlah aktivitas fisik yang dilakukan dengan fungsi kognitif yang lebih baik. Adapun jenis aktivitas fisik yang memiliki hubungan bermakna dengan fungsi kognitif yang lebih baik adalah memasak, berbelanja, dan mencuci piring, terutama frekuensi memasak dan berbelanja yang lebih sering memiliki hubungan secara bermakna.Diskusi: Aktivitas memasak dan berbelanja berhubungan dengan fungsi kognitif yang lebih baik.Kata kunci: Aktivitas fisik sehari-hari, fungsi kognitif, lansia, pekerjaan rumah tangga
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2502-3748 , 0216-6402
    URL: Issue
    Language: Unknown
    Publisher: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
    Publication Date: 2017
    Location Call Number Limitation Availability
    BibTip Others were also interested in ...
Close ⊗
This website uses cookies and the analysis tool Matomo. More information can be found here...